Kitab suci umat Islam, memiliki sejarah panjang yang berbeda dengan kitab suci lainnya. Sebagai pelengkap kitab-kitab terdahulu, Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama beberapa tahun. Terdapat alasan yang menarik kenapa al-Qur’an diturunkan dengan cara demikian, bukan turun sekaligus sebagaimana kitab Taurat dan juga Injil.
Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril ini juga memiliki beberapa informasi lain. Misalnya jumlah surat sebanyak 114 buah, dengan ayat berjumlah 6236 atau 6262 ayat, perbedaan yang disebabkan karena beberapa ulama menghitung basmalah di awal surat sebagai ayat al-Qur’an.
Al-Quran Diturunkan Secara Berangsur-Angsur Selama?
Apabila Anda sedang mempelajari Al-Qur’an, rasanya tidak lengkap jika tidak mengetahui berbagai fakta mengenainya. Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, dengan tambahan 22 hari.
Banyak riwayat lain yang mengatakan jumlah yang berbeda, namun riwayat tersebut dianggap yang paling umum diketahui, sehingga jumlah tersebut dianggap yang paling sesuai. Fakta bahwa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan ayat Al-Qur’an, pada QS. Al-Isra’ ayat 106, yang berbunyi:
وَقُرۡاٰنًافَرَقۡنٰهُلِتَقۡرَاَهٗعَلَىالنَّاسِعَلٰىمُكۡثٍوَّنَزَّلۡنٰهُتَنۡزِيۡلًا
Wa quraanan faraqnaahu litaqra ahuu 'alan naasi 'alaa muksinw wa nazzalnaahu tanziilaa.
Artinya: “Dan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap.”
Al-Qur’an diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan, pada tanggal 17, yang kemudian diperingati sebagai nuzulul quran. Kemudian setelahnya, Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama kurun waktu, yang jika dibulatkan menjadi 23 tahun.
Selama Al-Qur’an diturunkan dengan cara demikian, Rasulullah dan para sahabatnya menghafalkannya sedikit demi sedikit. Setidaknya ada tujuh sahabat yang dianggap sebagai penghafal Al-Qur’an di zaman Rasulullah masih hidup, diantaranya adalah Ali bin Abu Tholib dan Zaid bin Tsabit. Nantinya Zaid akan menjadi sekretaris yang menuliskan Al-Qur’an di zaman Umar, ketika Umar memerintahkan penulisan dan pembukuan Al-Qur’an.
Walaupun turun secara berangsur-angsur, namun Al-Qur’an tetap terjaga keseluruhannya, yakni tidak ada yang salah atau hilang selama proses penghafalan tersebut. Hal tersebut terjadi karena Allah melindungi kitab suci umat Islam tersebut, berdasarkan QS. Al-Hijr ayat 9, yakni:
اِنَّانَحۡنُنَزَّلۡنَاالذِّكۡرَوَاِنَّالَهٗلَحٰـفِظُوۡنَ
Innaa Nahnu nazalnaz Zikra wa Innaa lahuu lahaa fizuun.
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”
Alasan Al-Qur’an Diturunkan Berangsur-Angsur
Seperti yang diketahui, Al-Qur’an yang diturunkan berangsur-angsur tersebut bukan tanpa alasan. Setidaknya beberapa alasan ini menjadi penyebab mengapa Al-Qur’an lebih tepat jika diturunkan sebagai kitab dengan cara bertahap, bukan sekaligus, diantaranya adalah:
Meneguhkan Hati Nabi Muhammad
Selama berdakwah menyebarkan agama Islam, Nabi tidak hanya menerima penerimaan yang baik dari kaum yang ada di Mekkah dan sekitarnya. Tidak jarang Nabi menerima kekerasan, ancaman, hingga celaan ketika berdakwah, sehingga ketika Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama periode tertentu sebagai penguat iman.
Hal tersebut tercatat dalam surat al-Furqon, ketika Nabi menjawab pertanyaan yang ditujukan untuk Al-Qur’an dari Kaum Quraisy. Mereka bertanya kenapa Al-Qur’an tidak turun sekaligus, sebagaimana kitab-kitab yang ada sebelumnya, dan Allah menjawabnya sebagai berikut dalam QS. Al-Furqon ayat 32.
وَقَالَالَّذِيۡنَكَفَرُوۡالَوۡلَانُزِّلَعَلَيۡهِالۡـقُرۡاٰنُجُمۡلَةًوَّاحِدَةً كَذٰلِكَلِنُثَبِّتَبِهٖفُـؤَادَكَ وَرَتَّلۡنٰهُتَرۡتِيۡلًا
Wa qoolal laziina kafaruu law laa nuzzila 'alaihil Quraanu jumlatanw waahidah; kazaalika linusabbita bihii fu'aadaka wa rattalnaahu tartiilaa.
Artinya: “Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar).”
Menenangkan Hati Rasulullah
Terdapat alasan lain mengapa Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama beberapa tahun, sebab Allah ingin memberikan ketenangan kepada Nabi Muhammad. Di dalam surat al-Hasr ayat 21 disebutkan, bahwa jika Al-Qur’an turun sekaligus sebesar gunung, maka Nabi dan umat Islam pasti akan terpecah belah.
Ini karena mereka takut dengan Allah, sebab memberikan Al-Qur’an dengan cara yang sama seperti kitab sebelumnya. Hati Nabi yang lembut tentu juga akan ragu dengan hadirnya Al-Qur’an secara sekaligus, sebab di dalam Al-Qur’an tidak hanya berisi perintah mengenai agama semata, namun juga syariat, sejarah, hingga teknologi.
Melemahkan Penentang Al-Qur’an
Selanjutnya adalah menentang dan melemahkan orang-orang yang ragu dengan Al-Qur’an, sebab Nabi seringkali mendapatkan pertanyaan dari kaum Quraisy mengenai kebenaran dan kehebatan Al-Qur’an. Pertanyaan yang diberikan pun termasuk pertanyaan yang bathil, tidak masuk akal, dan sulit diketahui jawabannya.
Maka adanya Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun sebagai cara untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh kaum yang tidak mempercayai Al-Qur’an. Turunnya wahyu yang bertahap, dengan membawa ayat Al-Qur’an dimaksudkan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang mereka lontarkan.
Agar Mudah Dihafalkan
Kebudayaan tulis menulis masih belum familiar di Jazirah Arab pada saat itu, mereka lebih menyukai kebudayaan lisan sehingga ketika Al-Qur’an turun, cara yang paling mudah untuk memahaminya adalah menghafalkan. Andaikan saat itu Al-Qur’an turun secara langsung, tentu ia akan menyulitkan Nabi Muhammad dan umatnya.
Apalagi saat itu Al-Qur’an turun di tengah masyarakat ummi, dimana banyak masyarakat Arab yang kurang mahir menulis dan membaca. Sehingga menghafalkan Al-Qur’an dinilai cara yang paling efektif untuk menjaga kemurniannya. Hal tersebut juga tercantum dalam ayat Al-Qur’an, yakni:
Fata’aalal laahul Malikul Haqq; wa laa ta’jal bil Quraani min qabli ai yuqdaaa ilaika wahyuhuu wa qur Rabbi zidnii ‘ilmaa
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. “
Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Berangsur-Angsur
Terdapat hikmah yang bisa dipetik dengan hadirnya Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama kurun waktu tertentu, selain agar mudah dihafalkan. Dengan hadirnya ayat secara bertahap, umat Muslim bisa memahami setiap ayat yang turun dan apa sebab ayat tersebut diturunkan.
Jangkauan makna Al-Qur’an yang luas juga bisa dipelajari lebih mudah jika diturunkan secara bertahap, alih-alih langsung turun sebagaimana kitab suci lainnya. Agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran dan pemahamannya, maka mempelajari dan memahami ayat setelah diturunkan menjadi hal yang wajib untuk dilakukan.
Selain itu, banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai peristiwa yang belum terjadi, sehingga penting untuk tidak menurunkannya secara sekaligus. Jika diturunkan bertahap, maka umat Islam tidak kebingungan atas apa yang telah terjadi atau hendak terjadi. Banyak ayat Al-Qur’an yang turun karena disebabkan peristiwa tertentu ketika Rasulullah masih hidup.
Kesimpulan
Dengan mengetahui mengapa Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun tersebut, maka umat muslim akan selalu merasa mendapatkan bimbingan dari Allah. Bimbingan tersebut bisa meneguhkan hati yang mereka miliki, agar tahan dan sabar menghadapi berbagai cobaan dan celaan yang diberikan oleh kaum Quraisy.
Demikianlah informasi dari penulis martabattujuh.com mengenai Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun, atau tepatnya 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Semoga informasi tersebut menambah pengetahuan Anda mengenai Al-Qur’an dan hikmah yang ada di baliknya.